Kamis, 14 Januari 2021

MENGUCAP SYUKUR DALAM SEGALA HAL 1 TESALONIKA 5:18

Mengucap Syukur Setiap Pagi | e-MISI

Perintah Paulus pada jemaat adalah, “Bersukacitalah senantiasa”. Satu perintah yang ingin kita taati, namun kenyataan dan realita kehidupan seringkali membuat kita tidak mungkin dapat menaatinya. Untuk bersukacita saat ada hal yang menyenangkan terjadi tidaklah sulit, tetapi bagaimanakah kita dapat bersukacita “senantiasa”? Bagaimana bersukacita pada saat hal-hal yang tidak menyenangkan terjadi – hal yang seringkali kita alami?

Namun yang anehnya, justru inilah yang merupakan kehendak Allah bagi kita di dalam Kristus Yesus.“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu” – 1 Tesalonika 5:18

Dikatakan di ayat ini adalah merupakan kehendak Allah bagi kita untuk mengucap syukur dalam segala hal. Ini berarti walaupun kita sedang ditimpa masalah atau malapetaka, kita tetap harus mengucap syukur.

Ayat ini tidak memberi kita pilihan. Kalau kita tidak mengucap syukur dalam segala hal, berarti kita sedang tidak berada di dalam kehendak Allah, sedang mengingkari, tidak taat dan melawan kehendak Allah! Apa implikasi ayat ini? Ini berarti, dengan tidak mengucap syukur dalam segala hal kita sedang berada di luar jalur kehendak Allah dan sedang memberontak terhadap kehendak Allah dalam hidup kita.

Tindakan tidak mengucap syukur adalah suatu tindakan pemberontakan yang halus terhadap Allah. Dan tidak ada pemberontak yang akan mengalami penyertaan Allah. Ini merupakan suatu kenyataan yang dapat dilihat dengan mengamati orang di sekitar kita. Orang yang selalu mengeluh dan negatif, seringkali tidak mengalami penyertaan Allah dalam hidup mereka. Karena tidaklah mungkin Allah menyertai orang yang tidak taat dan melawan Allahnya.

Tetapi apakah mungkin kita dapat mengucap syukur saat orang yang kita kasihi meninggalkan kita buat selama-lamanya? Tidaklah mungkin kita bisa mengucap syukur saat kita didiagnosa dokter sedang menderita penyakit kanker ataupun saat kita kecelakaan dan hal-hal yang buruk sedang terjadi. Tetapi bukankah semua situasi ini tercakup dalam keadaan “segala hal”. Ini memberitahu kita bahwa hal “mengucap syukur” itu sama sekali bukan persoalan perasaan tetapi persoalan “ketaatan”.

Persoalannya adalah apakah kita akan taat atau tidak? Namun, mengapa? Mengapa kita diperintahkan Allah untuk melakukan hal yang begitu melawan perasaan dan naluri kita?

Kalau kita mengerti alasan di balik suatu perintah akan lebih mudah untuk kita menjalaninya. Apakah ada alasannya?

Di Perjanjian Lama, Yusuf tidak tahu kenapa saudara-saudaranya membencinya sampai ke tahap mau membunuhnya. Yusuf yang awalnya adalah anak kesayangannya Yakub, akhirnya dikhianati saudaranya sendiri dan dijual ke dalam perbudakan di Mesir. Dari usia 17 sampai 30 tahun, hidup Yusuf tidak lepas dari masalah yang berakhir dengan dia dimasukkan ke dalam penjara, karena difitnah oleh istri Potifar yang genit. Yusuf kelihatannya tidak berbuat salah, tetapi mengapa hal-hal yang buruk terus saja menimpa dirinya. Di akhirnya semuanya, di  Kejadian 50.20, Yusuf berkata, “Memang kamu memaksudkan untuk melakukan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah memaksudkan semua itu untuk kebaikan, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.”

Yusuf harus menjalani semua kejahatan yang menimpanya yang akhirnya membawa dia ke kedudukan sebagai orang yang paling penting di Mesir setelah Firaun. Tujuanya dari “segala hal yang buruk yang dialaminya” adalah agar Yusuf berada di dalam posisi yang dapat dipakai Allah untuk menyelamatkan satu bangsa!!!!

Kita mungkin tidak tahu apa alasan di balik semua hal yang buruk yang sedang menimpa diri kita, tetapi apakah kita dapat menyakini bahwa sekalipun dalam situasi yang paling parah, Allah tetap berdaulat dan memegang kendali? Keyakinan inilah yang membuat kita dapat mengucapkan syukur dalam segala hal. Jadi, alasan pertama mengapa kita dapat bersyukur dalam segala hal adalah karena kita menyakini bahwa Allah tetap berdaulat, dalam situasi dan kondisi apa pun.

Jadi kita dapat melihat setidaknya dua alasan mengapa kita mengucap syukur senantiasa. Satu adalah keyakinan kita bahwa Allah tetap pegang kendali tidak kira seburuk apa situasinya. Kedua, dengan mengucap syukur dalam segala hal, kita sebenarnya sedang mengalahkan tujuan Iblis dalam hidup kita. Kalau kita oleh kasih karunia Allah dapat tetap mengucap syukur dalam segala hal, Iblis tidak akan punya pegangan ke atas kita sama kali. Dengan cara demikianlah kita memuliakan Allah di dalam kehidupan kita. (WAF)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKAN SIAPA-SIAPA YUNUS 2:1-10